Selasa, 31 Maret 2015

Si Takdir yang Dilupakan dan Dipersalahkan

Hari ini saya pergi ke tempat saya dulu banyak menemukan sesuatu, ilmu dan arti kehidupan.
Berkumpul dan berbincang menjadi rutinitas kami, dari hal kecil, tidak penting, sampai bahasan yang berat kami perbincangkan. Tapi bagi kami bukan masalah bincang2 tak berarti, ini sebuah perbincangan antara keluarga yang penuh canda.
Terkadang di antara bincang-bincang ringan kami, terselip kata yang sebenarnya kecil tapi berarti. Sama seperti perbincangan siang menjelang sore ini.
Begini kurang lebih perbincangan kami :
A : Kadang orang itu suka ga percaya takdir yah?
B : Contohnya?
C : Masa?
A : iya ga percaya dan yakin, padahal sudah jelas bahwa harus, wajib mengimani Qhodo dan Qhodar (semoga tulisannya bener..hehe)

Saya menyimpulkan dari perbincangan kami tadi itu seolah2 kita lupa dengan semua itu.
Memang terkadang takdir itu diluar keinginan kita, tapi itulah yang sebenarnya terjadi dan harus kita jalani. Bahkan tanpa kita sadari terkadang kita sering menyalahkan berbagai keadaan dan pihak atas keinganan yang tak terwujud itu.

Sulit memang, tetapi ada yang harus kita yakini, dibalik keinginan, dibalik harapan dan asa kita ada skenario yang tak terlihat, dan sudah ada sejak kita ditiupkan nyawa dalam rahim ibu kita (itu saya ketahui, cmiiw).

Ada berbagai benang merah yang bisa saya ambil dari bincang2 kami tadi dengan bincang2 saya entah kapan dan dengan seseorang.
"Usaha itu wajib, tetapi hasil itu tidak menjadi penting, yang menjadi penting adalah proses yang benar dalam melakukan usaha tersebut."
Mungkin yang dimasksud dari pernyataan tersebut, ada yang harus kita yakini bahwa ada takdir yang sudah digariskan pada setiap hidup seseorang. Dan menurut saya tidak ada takdir buruk dalam hidup ini, yang ada hanya cara kita lah yang memandang buruk takdir tersebut.
Jadi hidup itu sampai kapan berproses, dan proses tersebut harus dijalani dengan benar, lalu nikmati hasilnya, kalau hasil tidak sesuai dengan yang diinginkan, mungkin prosesnya ada yang sedikit salah. Namun jika yakin sudah berproses dengan benar, ingat ada sesuatu yang kita lihat baik tetapi belum tentu baik menurut sang pembuat skenario, tetapi ada sesuatu yang menurut kita tidak baik untuk kita tetapi itu yang terbaik menurutNya.

Selamat Malam, selamat menikmati tidur diiringi musik yang paling indah sejagad raya, Hujan.

Bogor, 31 Maret 2015
21. 58 WIB
Dikala Hujan Turun

Rabu, 25 Maret 2015

Time Travel

Semilir angin menerpa sejuk di sekeliling tubuhku. Aku turun dari dari mobil dan berdiri tertegun disebuah gerbang tua berlorong. Aku tatapi lorong itu, ahh tapi tidak, lalu aku pergi, tetapi entah kenapa aku membalikan badan dan kembali mendekati lorong itu.
Kupelankan langkahku menuruni tanga demi tangga, lalu kulanjutkan menusuri lorong yang memiliki kenangan yang indah sekaligus buruk bagiku. Ada rasa senang menghampiriku, namun ada rasa sakit yang mendalam jika aku ingat kejadian buruk itu.

Kuberanikan diri, kuteguhkan hati untuk terus menyusuri lorong kenangan ini. Semakin dalam aku memasuki lorong rasanya pikiranku semakin ada di masa lalu, ingin kuhentikan langkah kakiku, tapi rasanya sudah terlambat. Mungkin jika kuteruskan berjalan aku akan menemui kebahagian seperti dulu, seperti bersamanya. Kulihat dinding itu warnanya masih sama, hijau muda seperti daun mahoni di atas lorong ini. Pagarnya pun masih sama berwarna biru, dan tangganya berwarna abu, aku ingat dulu aku di foto berdua di tangga itu bersamanya. Aku duduk ditangga dengan mata terpejam, kubayangkan wajahnya, senyumnya dan tatapan matanya yang penuh cinta. Kurasakan angin sejuk yang sama seperti waktu itu, anganku terus mengembara entah kemana.
Aku tersadar, ya ampun ini hanya lamunanku saja, aku seperti telah masuk ke lorong waktu dan sesaat merasakan kejadian indah 5 tahun lalu.

Kuturuni tangga kembali, dan kulanjutkan menusuri lorong hingga benar-benar ke dalam dan sampai di ujung lorong. Entah kenapa hatiku berdegup begitu kencang, dan sekujur tubuhku mendadak begitu lemas, pandanganku merasa buyar, dan aku merasa akan jatuh pingsan. Aku melihat lelaki yang kucintai bersama wanita lain, wanita yang kucurigai sedang dekat dengan kekasihku, dia mengandeng mesra wanita itu, bercanda dan sesekali bertatapan. Kuberanikan diri mengahmpirinya, lalu kusapa kekasihku, "Hai kamu kok ada disini, katanya tadi pergi jenguk teman di rumah sakit", dia kaget melihatku dan segera melepaskan tangannya yang mengegenggam tangan wanita itu. " Sayang dengarkan aku dulu, kami tidak ada apa-apa, kami hanya berteman, sungguh".
Tak kuhiraukan lagi kata-katanya, aku berlari menaiki tangga keluar dengan air mata berlinang. Aku berlari kencang diantara angin dan hujan deras diluar lorong. Aku duduk dibangku dekat pohon mahoni, aku terus tersedu, dan termenung.

Kulihat arloji sport ku, dan hari ini adalah tanggal 25 maret 2015, aku beranjak dari dudukku, lalu aku mengucek mata, "benar ini tanggal 25 maret 2015, ya Tuhan kenapa kejadian buruk 5 tahun lalu terjadi lagi. Aku menangis semakin menjadi, seandainya aku tidak memasuki lorong itu, kejadian ini mungkin tak akan terjadi. Aku lelah Tuhan, ini artinya aku telah dikhianati lagi untuk kedua kalinya, ditanggal yang sama dan tempat yang sama, 25 maret di lorong kenangan.
Lalu aku hapus air mataku dan bergegas meninggalkan lorong buruk itu.

Lorong Kenangan, 25 Maret 2015

Selasa, 28 Oktober 2014

Refleksi Sumpah Pemuda 86 tahun Lalu

Hari ini tepat tanggal 28 Oktober yang bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda, biasanya hari ini orang memposting, menulis sesuatu dalam akun jejaring sosialnya, minimal mengucapkan “Selamat Hari Sumpah Pemuda”, tetapi entah kenapa hari ini kok sepi yah, (atau jangan-jangan saya yang kurang mengamati medsos), saya sih bukan juga yang tipe mengucapakan selamat selimit, kadang-kadang sih suka mengucapkan, kalau lagi inget. Atau mungkin orang-orang sedang terkesima dan sibuk mengomentari jajaran kabinet baru..ups

Yaa lupakan soal mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda, karena itu tidak terlalu penting juga. Yang terpenting sih bagaimana Refleksi dari Sumpah Pemuda 86 tahun yang lalu. Bagaimana meresapi setiap kata-kata yang akan biasa saja tapi mendalam jika dihayati dengan seksama. Begini kan yaa kata-katanya

Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Bukan lagi masalah kata-katanya juga, tapi masalah perjuangan dan kebearanian para pemuda zaman dahulu yang membawa perubahan untuk bangsa saat itu dan terasa manfaatnya sampai sekarang.

Menyimak, mengamati pemuda-pemudi zaman dahulu entah kenapa saya terpesona dengan daya juangnya, sebut saja Marah Roesli (penulis novel siti nurbaya)  dalam novel terakhirnya yang berjudul Memang Jodoh, diceritakan dalam novel tersebut sewaktu muda beliau berani berkata yang intinya kalau tidak salah begini cmiiw “Bagaimana saya bisa mewujudkan cita-cita saya untuk negara ini kalau saya hanya dipusingkan oleh perkara kawin” dari kata-kata tersebut saya menyimpulkan betapa dia memikirkan negaranya diatas kepentingan pribadinya. Bahkan saat setelah menikah dia rela hidup terpencil bersama istri dan anak-anaknya demi menjadi penyuluh pertanian.

Sebut lagi Jamin Ginting, yang diceritkaan dalam 3 Nafas Likas, film terbaru saat ini. Dia menajdi PETA (Pemuda Tanah Air) dan berjuang dalam melawan penjajahan dengan perasaan penuh cinta, bahkan saking sibuknya melawan penjajah, dia hanya sempat menulis surat Cinta pada sang tambatan hati Likas Tarigan sambil memegang senjata dan badan berlumur darah dan keringat. Bahkan saat itu sebut saja Likas Tarigan yang dalam masa-masa sulit ikut bersama suaminya dalam menghadapi penjajah  dia masih sembunyi-sembunyi mengajar anak-anak dipinggir sungai, dia masih semangat menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru. Dan ada lucu sekaligus haru juga dari Jamin Ginting, saat Indonesia sudah merdeka dja merasa tak ada pekerjaan, dia bilang saya ini biasa angkat sejata untuk memperjuangkan nasib negara.

Melihat sosok Habibie pun begitu saya terpesona dan terharu ketika pesawat pertama buatannya jadi dan siap terbang, saya mentesakan air mata ketika nonton adegan tersebut di filmnya, bahkan dalam sakit parahnya pun Habibie muda menulis surat yang kalau ga salah isinya kurang lebib begini "Izinkan saya hidup Tuhan karena saya berjanji akan memajukan bangsa dan tanah air ku" ahh ini juga adegan yang bikin saya menangis. Betapa bisanya mereka-meraka pemuda pemudi zaman dulu dalam masa sulitnya, dalam darah yg bercucur, dalam gencatan senjata, bahkan dalam keadaan nafas yang akan habis pun berani berjanji untuk memajukan bangsa dan tanah airnya.
Selagi momen sumpah pemuda ini masih hangat ga ada salahnya kita sebagai pemuda pemudi indonesia masa kini mencoba untuk terus berkarya, siapa tau secuil dari karya kita akan bermanfaat untuk kemajuan bangsa ini...MERDEKA

Minggu, 29 Desember 2013

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya rencana Tuhan

Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, semuanya rencana Tuhan. Begitu kira kata-kata yang kami perbincangkan bersama pagi ini. Setelah semalam kita bertemu di sebuah gerbong khusus wanita di sebuah kereta api.

Takjub sih kok bisa kita dipertemukan kembali, sangat kebetulan, eh tapi maaf kita bukan penganut kebetulan, kita penganut semua itu “Rencana Tuhan”. Hal yang semalam terjadi pada kita itu memang hal kecil, tetapi itu bagian dari cara kita mengimani rukun iman yang ke enam. Jadi setiap pertemuan maupun perpisahan itu juga bagian dari rencana Tuhan. Dan ternyata doa-doa ketika kita bertemu dengan seseorang itu perlu “semoga kita bertemu kembali ya”, begitu yang saya katakana kepada teman saya saat bertemu kamis malam, dan minggu malam pun kita dipertemukan kembali oleh Tuhan, sekali lagi bukan kebetulan.

(Berbagi sedikit tentang prinsip yg kita anut..hehe)

Jumat, 20 Desember 2013

Teori Cinta yang Keliru

Cinta begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari, muda, tua, remaja, dewasa pasti pernah jatuh cinta. Banyak yang mengulas tentang cinta, dalam novel, cerpen, film, sinetron, seolah tidak ada hentinya orang menceritakan tentang cinta.
Banyak kata yang diumbar saat sepasang kekasih yang sedang saling mencintai, atau lebih sering orang bilang kata-kata gombal. Dan sepertinya kata-kata tersebut menjadi teori yang sering di salah kaprahkan dan menjadi suatu hal yang keliru.  Berikut daftar teori cinta yang keliru :
1)      Cinta itu Buta
Para pecinta menganggap bahwa cinta itu buta, jadi ketika ditanya apakah kamu bahagia bersamanya ada beberapa pecinta yg menjawab “Aku sebenarnya menderita bersama dia, tetapi aku mencintai, sungguh sepertinya aku sedang terkena cinta buta”. Nah seolah-olah cinta buta itu benar kan? Padahal yang namanya orang sedang menjalin sebuah hubungan ya harus bahagia. Bahagia itu mutlak, jadi jelas teori cinta buta itu tidak bisa diterima. Kalau orang buta aja jalan meraba-raba bahkan bisa juga menabrak, apalagi orang yang sedang menjalin cinta dan dalam keadaan buta, sudah pasti juga cintanya akan menabrak-nabrak juga wong mata hatinya sudah buta.
2)      Kita sedang Mabuk Cinta
Banyak pasangan yang bilang kita sedang di mabuk cinta, nah kata-kata mabuk kan artinya tidak sadar, hilang kesadaran, hilang akal. Lalu apa jadinya kalau sepasang pecinta dilanda mabuk cinta, berarti mencintainya dengan tidak sadar. Jangan-jangan kalau sudah tidak mabuk hilang rasa cintanya..hehe bisa jadi kan?
Jadi alangkah baiknya saling mencintai itu dalam keadaan sadar alias tidak mabuk. Biar ga sempoyongan gitu cintanya, kayak orang mabuk sempoyongan kan jalannya, masa tar mau juga cintanya sempoyongan..hehe
3)      Asalkan Kamu Bahagia maka Aku pun Bahagia
Pasti kata-kata ini sering diucapkan oleh siapapun, padahal faktanya saling mencintai itu berarti saling membahagiakan, dan kata saling itu berarti satu sama lain harus bahagia. Jadi akan dirasa sangat keliru kalau antara pasangan yang satu bahagia sedangkan yang satunya tidak bahagia. Pasti yang bilang begitu lagi mabuk alias tidak sadar, karena berani menyengsarakan dirinya sendiri. Dan teori ini sering dikatakan oleh wanita, yang katanya para wanita itu kalau menicintai itu pakai perasaan 99 % dan logika 1 %, sedangkan lelaki sebaliknya. Jadi sepanjang menyimak tingkah laku orang yang saling mencintai yang banyak frustasi kalau putus cinta itu adalah wanita, kenapa begini ya liat aja pikirannya, akalnya yang dipakai cuman 1 %.  Entah sih teori ini siapa yang menciptkan, yang pasti jelas kondisi tersebut sangat tidak sehat bagi otak dan hati. Tetapi ya kasus seperti ini juga terjadi pada lelaki, tetapi mungkin lebih banyak wanita (mungkin ya, belum ada data yang pasti mengenai ini, perlu sensus dulu kali yaa, hehe) Jadi intinya menicntai itu harus saling, tidak bisa salah satunya saja, intinya harus  terjadi sebuah simbiosis mutualisme lah, kalau sudah komensalisme apalagi parasitisme sebaiknya logikanya, pikirannya, akalnya lebih banyak digunakan deh bagus ga sih kondisi kayak gitu.
4)      Cinta itu tidak Perlu Alasan
Tanya deh orang yang lagi jatuh cinta, atau sudah saling mencintai, “kenapa mencintai dia?” pasti jawabannya “ga tau pokoknya aku cinta sama dia”. Lah ini sudah salah, bagiamana bisa segala sesuatu itu tidak ada sebab akibatnya. Pasti yang bilang begini yakin lagi mabuk, lagi buta sehingga tidak bisa merasa dan melihat sesuatu yang ada pada pasangannya dan sesuatu itu dijadikan alasan kenapa dia mencintai pasangannya.
5)      Cinta itu Tak Harus Saling Memiliki
Apalagi teori yang ini sudah salah kaprah sekali, mana bisa saling mencintai itu tak harus saling memiliki? Kata saling itu sudah menunjukan kata jamak, jadi tidak mungkin kan mencintai itu objeknya hanya 1 orang. Apapun bentuk cintanya rasanya saling memililki ini menjadi penting deh.

Mungkin itu dulu teori-teorinya nanti disambung lagi, kayaknya masih banyak deh kalau dicermati secara seksama dan khidmat..hehe
Itu cuman opini saja, tidak harus percaya juga, nanti musyrik kalau percaya sama saya..:)
Tidak usah sepakat juga kan ga lagi bermusyawarah, tetapi berpendapat boleh lah ya, kan ada pasalnya toh..hehe


Senin, 21 Oktober 2013

Teknologi Pertanian yang Terabaikan

“Desa kami ada di atas, sedangkan sumber mata air kami berada di bawah desa kami. Sulit sekali ketika musim kemarau kami harus mengairi sawah kami. Jagung kami pun banyak diserang hama batang dan hama tongkol” Begitu penuturan Bapak Hilarius Bano seorang petani sekaligus PPL desa Femnasi kabupaten Timor Tengah Utara.
Peristiwa di desa Femnasi merupakan salah satu potret pertanian yang sedang dialami Indonesia. Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab yang dipersalahkan dalam penurunan produksi pertanian di Indonesia.
Anomali cuaca yang tak menentu menjadikan musim kemarau yang lebih panjang, akibatnya petani gagal panen karena kekeringan. Musim hujan pun menjadi lebih pendek tetapi curah hujan tinggi, menyebabkan petani gagal panen karena bencana banjir. Perubahan iklim juga mengakibatkan meledaknya hama penyakit yang menyerang berbagai macam tanaman pertanian dan tanaman pangan.
Gencarnya isu perubahan iklim semakin hari menjadi topik pembicaraan diberbagai kalangan. banyak hal yang telah di lakukan, tetapi problema ini tak kunjung selesai. Apa benar perubahan iklim ini menjadi satu-satunya faktor menurunnya produksi pertanian?. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan kondisi pertanian saat ini, salah satunya yaitu teknologi pertanian.
Ironis, di tengah segala kemajuan teknologi yang pesat di negeri ini, harusnya semua sektor pun ikut merasakan sentuhan teknologi untuk mengikuti segala kecanggihannya. Namun berbeda halnya dengan sektor pertanian seolah-olah kental dengan sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman.
Rasaya cara ataupun alat yang digunakan petani untuk bertani dari zaman dahulu sampai sekarang sama saja. Padahal zamannya sudah beda, iklimnya pun sudah berbeda, apakah bisa cara yang sama dipakai untuk keadaan iklim yang berbeda?? Dahulu saja orang kirim surat, sekarang sudah zaman sms atau email. Apakah tidak bisa teknologi pertanian semakin maju sama halnya dengan surat yang berubah menjadi sms atau email?
Miris sekali negara yang disebut sebagai negara agraris, tekonologi pertaniannya tebelakang. Harusnya kita iri dengan tekonologi sektor lain yang semakin canggih. Kondisi petani saat ini ibarat prajurit yang melawan musuhnya menggunakan bambu runcing sedangkan musuhnya menggunakan nuklir.
Dalih petani lah yang harus beradaptasi dengan iklim, maka upaya adaptasi perubahan iklim harus diutamakan. Salah satu adaptasi yang harus ditingkatkan yaitu teknologi pertanian. Jangan sampai sektor pertanian yang erat kaitannya dengan kebutuhan primer manusia menjadi terabaikan dan ternomor duakan.
            Terkait dengan teknologi pertanian berarti bicara pula dengan sistem produksi. Faktanya para petani di Indonesia masih menggunakan ala-alat pertanian tradisional, mungkin saat ini pun masih ada petani yang membajak sawahnya dengan kerbau. Bukan berarti yang tradisional itu tidak benar, dan yang modern itu sesuatu yang benar. Bukankah suatu sektor yang teknologinya maju akan semakin tinggi nilai tambahnya.
            Fakta di atas relevan dengan penuturan Y.Sukoco (1992) dalam bukunya berjudul Pertanian Masa Depan, yang merupakan hasil terjemahan dari buku Farming for The Future, An Introducion to Low Internal Input and Sustainable. Dalam buku tersebut menyatakan bahwa “Sebagian besar pengetahuan yang diterapkan para petani berasal dari pengalaman mereka sendiri dalam bidang pertanian dan juga dari nenek moyang mereka serta sesama petani. Melalui kegiatan penelitian dan pengembangan informal, meraka, petani menghasilkan pengetahuan baru dan menciptakan teknologi baru.”
             Ketika teknologi pertanian yang diciptakan para petani melalui eksperimen informalnya diinovasikan dengan eksperimen formal para para ilmuan, mahasiswa, ataupaun pemerintah pasti akan lebih mumpuni menghadapi persoalan perubahan iklim. Dan bukan suatu yang mustahil kemajuan teknologi pertanian bisa menjadi salah satu bentuk untuk adaptasi perubahan iklim.
Berangkat dari permasalahan di atas misalnya, sumber mata air dengan kemajuan teknologi bisa untuk di alirkan ke daerah yang lebih atas. Salah satu teknik penyimpanan jagung pun bisa mengadovsi bentuk-bentuk teknologi seperti rumah kaca, seperti yang telah dilakukan para petani di Villa Hutan jati, Parung Panjang. Bukankah itu menjadi salah satu bukti bahwa teknologi pertanian bisa dijadikan sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim.
Ketika teknologi pertanian bisa menjadi solusi, upaya inovasi teknologi pertanian harus terus dikembangkan. Karya-karya peneliti dan mahasiswa bisa jadi salah satu bentuk pengembangan. Bahkan pengalaman petani, atau cara turun menurun dari nenek moyang pun bisa di inovasikan untuk menjadi lebih baik.
Masalahnya bukan belum ada teknologi pertanian di Indonesia, tetapi masih sedikit. Kalau pun sudah ada, pemerataan petani untuk mendapatkan info teknologi masih lemah.  Hal yang terpenting setelah adanya inovasi teknologi adalah pemanfaatan dan informasi teknologi pada seluruh kalangan petani, baik itu petani kecil maupun buruh tani.
Sampai saat ini teknologi pertanian yang sudah ada terbatas pada kalangan tertentu. Sehingga penting segala kebijakan pemerintah yang menyangkut pertanian harus “pro petani”. Termasuk hak untuk mendapatkan informasi dan teknologi baru pun mutlak harus didapatkan petani.
Masalah yang tak kalah penting selain inovasi teknologi pertanian, hak petani untuk mendaptakan informasi teknologi pertanian adalah bentuk teknologi pertanian. Bentuk teknologi pertanian tentunya harus yang ramah lingkungan. Jangan sampai teknologi pertanian yang diusung menjadi salah satu upaya adaptasi perubahan iklim menjadi penyebab timbulnya masalah baru.

Apapun yang diupayakan untuk merubah kondisi pertanian saat ini harus mengedepankan sisi ekologi, agar ekosistem lingkungan tetap terjaga. Sehingga keadilan iklim bisa terjadi dan petani pun menjadi sejahtera. Sudah saatnya sektor pertanian tidak menjadi sektor yang termarginalkan. Bukankah jika kondisi pertanian dan pangan kita aman, negara kita pun akan aman.