Belajar, Berkarya, Berbagi
Minggu, 18 Oktober 2015
Selasa, 31 Maret 2015
Si Takdir yang Dilupakan dan Dipersalahkan
Hari ini saya pergi ke tempat saya dulu banyak menemukan sesuatu, ilmu dan arti kehidupan.
Berkumpul dan berbincang menjadi rutinitas kami, dari hal kecil, tidak penting, sampai bahasan yang berat kami perbincangkan. Tapi bagi kami bukan masalah bincang2 tak berarti, ini sebuah perbincangan antara keluarga yang penuh canda.
Terkadang di antara bincang-bincang ringan kami, terselip kata yang sebenarnya kecil tapi berarti. Sama seperti perbincangan siang menjelang sore ini.
Begini kurang lebih perbincangan kami :
A : Kadang orang itu suka ga percaya takdir yah?
B : Contohnya?
C : Masa?
A : iya ga percaya dan yakin, padahal sudah jelas bahwa harus, wajib mengimani Qhodo dan Qhodar (semoga tulisannya bener..hehe)
Saya menyimpulkan dari perbincangan kami tadi itu seolah2 kita lupa dengan semua itu.
Memang terkadang takdir itu diluar keinginan kita, tapi itulah yang sebenarnya terjadi dan harus kita jalani. Bahkan tanpa kita sadari terkadang kita sering menyalahkan berbagai keadaan dan pihak atas keinganan yang tak terwujud itu.
Sulit memang, tetapi ada yang harus kita yakini, dibalik keinginan, dibalik harapan dan asa kita ada skenario yang tak terlihat, dan sudah ada sejak kita ditiupkan nyawa dalam rahim ibu kita (itu saya ketahui, cmiiw).
Ada berbagai benang merah yang bisa saya ambil dari bincang2 kami tadi dengan bincang2 saya entah kapan dan dengan seseorang.
"Usaha itu wajib, tetapi hasil itu tidak menjadi penting, yang menjadi penting adalah proses yang benar dalam melakukan usaha tersebut."
Mungkin yang dimasksud dari pernyataan tersebut, ada yang harus kita yakini bahwa ada takdir yang sudah digariskan pada setiap hidup seseorang. Dan menurut saya tidak ada takdir buruk dalam hidup ini, yang ada hanya cara kita lah yang memandang buruk takdir tersebut.
Jadi hidup itu sampai kapan berproses, dan proses tersebut harus dijalani dengan benar, lalu nikmati hasilnya, kalau hasil tidak sesuai dengan yang diinginkan, mungkin prosesnya ada yang sedikit salah. Namun jika yakin sudah berproses dengan benar, ingat ada sesuatu yang kita lihat baik tetapi belum tentu baik menurut sang pembuat skenario, tetapi ada sesuatu yang menurut kita tidak baik untuk kita tetapi itu yang terbaik menurutNya.
Selamat Malam, selamat menikmati tidur diiringi musik yang paling indah sejagad raya, Hujan.
Bogor, 31 Maret 2015
21. 58 WIB
Dikala Hujan Turun
Rabu, 25 Maret 2015
Time Travel
Semilir angin menerpa sejuk di sekeliling tubuhku. Aku turun dari dari mobil dan berdiri tertegun disebuah gerbang tua berlorong. Aku tatapi lorong itu, ahh tapi tidak, lalu aku pergi, tetapi entah kenapa aku membalikan badan dan kembali mendekati lorong itu.
Kupelankan langkahku menuruni tanga demi tangga, lalu kulanjutkan menusuri lorong yang memiliki kenangan yang indah sekaligus buruk bagiku. Ada rasa senang menghampiriku, namun ada rasa sakit yang mendalam jika aku ingat kejadian buruk itu.
Kuberanikan diri, kuteguhkan hati untuk terus menyusuri lorong kenangan ini. Semakin dalam aku memasuki lorong rasanya pikiranku semakin ada di masa lalu, ingin kuhentikan langkah kakiku, tapi rasanya sudah terlambat. Mungkin jika kuteruskan berjalan aku akan menemui kebahagian seperti dulu, seperti bersamanya. Kulihat dinding itu warnanya masih sama, hijau muda seperti daun mahoni di atas lorong ini. Pagarnya pun masih sama berwarna biru, dan tangganya berwarna abu, aku ingat dulu aku di foto berdua di tangga itu bersamanya. Aku duduk ditangga dengan mata terpejam, kubayangkan wajahnya, senyumnya dan tatapan matanya yang penuh cinta. Kurasakan angin sejuk yang sama seperti waktu itu, anganku terus mengembara entah kemana.
Aku tersadar, ya ampun ini hanya lamunanku saja, aku seperti telah masuk ke lorong waktu dan sesaat merasakan kejadian indah 5 tahun lalu.
Kuturuni tangga kembali, dan kulanjutkan menusuri lorong hingga benar-benar ke dalam dan sampai di ujung lorong. Entah kenapa hatiku berdegup begitu kencang, dan sekujur tubuhku mendadak begitu lemas, pandanganku merasa buyar, dan aku merasa akan jatuh pingsan. Aku melihat lelaki yang kucintai bersama wanita lain, wanita yang kucurigai sedang dekat dengan kekasihku, dia mengandeng mesra wanita itu, bercanda dan sesekali bertatapan. Kuberanikan diri mengahmpirinya, lalu kusapa kekasihku, "Hai kamu kok ada disini, katanya tadi pergi jenguk teman di rumah sakit", dia kaget melihatku dan segera melepaskan tangannya yang mengegenggam tangan wanita itu. " Sayang dengarkan aku dulu, kami tidak ada apa-apa, kami hanya berteman, sungguh".
Tak kuhiraukan lagi kata-katanya, aku berlari menaiki tangga keluar dengan air mata berlinang. Aku berlari kencang diantara angin dan hujan deras diluar lorong. Aku duduk dibangku dekat pohon mahoni, aku terus tersedu, dan termenung.
Kulihat arloji sport ku, dan hari ini adalah tanggal 25 maret 2015, aku beranjak dari dudukku, lalu aku mengucek mata, "benar ini tanggal 25 maret 2015, ya Tuhan kenapa kejadian buruk 5 tahun lalu terjadi lagi. Aku menangis semakin menjadi, seandainya aku tidak memasuki lorong itu, kejadian ini mungkin tak akan terjadi. Aku lelah Tuhan, ini artinya aku telah dikhianati lagi untuk kedua kalinya, ditanggal yang sama dan tempat yang sama, 25 maret di lorong kenangan.
Lalu aku hapus air mataku dan bergegas meninggalkan lorong buruk itu.
Lorong Kenangan, 25 Maret 2015
Selasa, 28 Oktober 2014
Refleksi Sumpah Pemuda 86 tahun Lalu
Yaa lupakan soal mengucapkan selamat Hari Sumpah Pemuda, karena itu tidak terlalu penting juga. Yang terpenting sih bagaimana Refleksi dari Sumpah Pemuda 86 tahun yang lalu. Bagaimana meresapi setiap kata-kata yang akan biasa saja tapi mendalam jika dihayati dengan seksama. Begini kan yaa kata-katanya
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Bukan lagi masalah kata-katanya juga, tapi masalah perjuangan dan kebearanian para pemuda zaman dahulu yang membawa perubahan untuk bangsa saat itu dan terasa manfaatnya sampai sekarang.
Menyimak, mengamati pemuda-pemudi zaman dahulu entah kenapa saya terpesona dengan daya juangnya, sebut saja Marah Roesli (penulis novel siti nurbaya) dalam novel terakhirnya yang berjudul Memang Jodoh, diceritakan dalam novel tersebut sewaktu muda beliau berani berkata yang intinya kalau tidak salah begini cmiiw “Bagaimana saya bisa mewujudkan cita-cita saya untuk negara ini kalau saya hanya dipusingkan oleh perkara kawin” dari kata-kata tersebut saya menyimpulkan betapa dia memikirkan negaranya diatas kepentingan pribadinya. Bahkan saat setelah menikah dia rela hidup terpencil bersama istri dan anak-anaknya demi menjadi penyuluh pertanian.
Sebut lagi Jamin Ginting, yang diceritkaan dalam 3 Nafas Likas, film terbaru saat ini. Dia menajdi PETA (Pemuda Tanah Air) dan berjuang dalam melawan penjajahan dengan perasaan penuh cinta, bahkan saking sibuknya melawan penjajah, dia hanya sempat menulis surat Cinta pada sang tambatan hati Likas Tarigan sambil memegang senjata dan badan berlumur darah dan keringat. Bahkan saat itu sebut saja Likas Tarigan yang dalam masa-masa sulit ikut bersama suaminya dalam menghadapi penjajah dia masih sembunyi-sembunyi mengajar anak-anak dipinggir sungai, dia masih semangat menunaikan kewajibannya sebagai seorang guru. Dan ada lucu sekaligus haru juga dari Jamin Ginting, saat Indonesia sudah merdeka dja merasa tak ada pekerjaan, dia bilang saya ini biasa angkat sejata untuk memperjuangkan nasib negara.
Melihat sosok Habibie pun begitu saya terpesona dan terharu ketika pesawat pertama buatannya jadi dan siap terbang, saya mentesakan air mata ketika nonton adegan tersebut di filmnya, bahkan dalam sakit parahnya pun Habibie muda menulis surat yang kalau ga salah isinya kurang lebib begini "Izinkan saya hidup Tuhan karena saya berjanji akan memajukan bangsa dan tanah air ku" ahh ini juga adegan yang bikin saya menangis. Betapa bisanya mereka-meraka pemuda pemudi zaman dulu dalam masa sulitnya, dalam darah yg bercucur, dalam gencatan senjata, bahkan dalam keadaan nafas yang akan habis pun berani berjanji untuk memajukan bangsa dan tanah airnya.
Selagi momen sumpah pemuda ini masih hangat ga ada salahnya kita sebagai pemuda pemudi indonesia masa kini mencoba untuk terus berkarya, siapa tau secuil dari karya kita akan bermanfaat untuk kemajuan bangsa ini...MERDEKA