Senin, 21 Oktober 2013

Teknologi Pertanian yang Terabaikan

“Desa kami ada di atas, sedangkan sumber mata air kami berada di bawah desa kami. Sulit sekali ketika musim kemarau kami harus mengairi sawah kami. Jagung kami pun banyak diserang hama batang dan hama tongkol” Begitu penuturan Bapak Hilarius Bano seorang petani sekaligus PPL desa Femnasi kabupaten Timor Tengah Utara.
Peristiwa di desa Femnasi merupakan salah satu potret pertanian yang sedang dialami Indonesia. Perubahan iklim menjadi salah satu penyebab yang dipersalahkan dalam penurunan produksi pertanian di Indonesia.
Anomali cuaca yang tak menentu menjadikan musim kemarau yang lebih panjang, akibatnya petani gagal panen karena kekeringan. Musim hujan pun menjadi lebih pendek tetapi curah hujan tinggi, menyebabkan petani gagal panen karena bencana banjir. Perubahan iklim juga mengakibatkan meledaknya hama penyakit yang menyerang berbagai macam tanaman pertanian dan tanaman pangan.
Gencarnya isu perubahan iklim semakin hari menjadi topik pembicaraan diberbagai kalangan. banyak hal yang telah di lakukan, tetapi problema ini tak kunjung selesai. Apa benar perubahan iklim ini menjadi satu-satunya faktor menurunnya produksi pertanian?. Sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan kondisi pertanian saat ini, salah satunya yaitu teknologi pertanian.
Ironis, di tengah segala kemajuan teknologi yang pesat di negeri ini, harusnya semua sektor pun ikut merasakan sentuhan teknologi untuk mengikuti segala kecanggihannya. Namun berbeda halnya dengan sektor pertanian seolah-olah kental dengan sesuatu yang kuno dan ketinggalan zaman.
Rasaya cara ataupun alat yang digunakan petani untuk bertani dari zaman dahulu sampai sekarang sama saja. Padahal zamannya sudah beda, iklimnya pun sudah berbeda, apakah bisa cara yang sama dipakai untuk keadaan iklim yang berbeda?? Dahulu saja orang kirim surat, sekarang sudah zaman sms atau email. Apakah tidak bisa teknologi pertanian semakin maju sama halnya dengan surat yang berubah menjadi sms atau email?
Miris sekali negara yang disebut sebagai negara agraris, tekonologi pertaniannya tebelakang. Harusnya kita iri dengan tekonologi sektor lain yang semakin canggih. Kondisi petani saat ini ibarat prajurit yang melawan musuhnya menggunakan bambu runcing sedangkan musuhnya menggunakan nuklir.
Dalih petani lah yang harus beradaptasi dengan iklim, maka upaya adaptasi perubahan iklim harus diutamakan. Salah satu adaptasi yang harus ditingkatkan yaitu teknologi pertanian. Jangan sampai sektor pertanian yang erat kaitannya dengan kebutuhan primer manusia menjadi terabaikan dan ternomor duakan.
            Terkait dengan teknologi pertanian berarti bicara pula dengan sistem produksi. Faktanya para petani di Indonesia masih menggunakan ala-alat pertanian tradisional, mungkin saat ini pun masih ada petani yang membajak sawahnya dengan kerbau. Bukan berarti yang tradisional itu tidak benar, dan yang modern itu sesuatu yang benar. Bukankah suatu sektor yang teknologinya maju akan semakin tinggi nilai tambahnya.
            Fakta di atas relevan dengan penuturan Y.Sukoco (1992) dalam bukunya berjudul Pertanian Masa Depan, yang merupakan hasil terjemahan dari buku Farming for The Future, An Introducion to Low Internal Input and Sustainable. Dalam buku tersebut menyatakan bahwa “Sebagian besar pengetahuan yang diterapkan para petani berasal dari pengalaman mereka sendiri dalam bidang pertanian dan juga dari nenek moyang mereka serta sesama petani. Melalui kegiatan penelitian dan pengembangan informal, meraka, petani menghasilkan pengetahuan baru dan menciptakan teknologi baru.”
             Ketika teknologi pertanian yang diciptakan para petani melalui eksperimen informalnya diinovasikan dengan eksperimen formal para para ilmuan, mahasiswa, ataupaun pemerintah pasti akan lebih mumpuni menghadapi persoalan perubahan iklim. Dan bukan suatu yang mustahil kemajuan teknologi pertanian bisa menjadi salah satu bentuk untuk adaptasi perubahan iklim.
Berangkat dari permasalahan di atas misalnya, sumber mata air dengan kemajuan teknologi bisa untuk di alirkan ke daerah yang lebih atas. Salah satu teknik penyimpanan jagung pun bisa mengadovsi bentuk-bentuk teknologi seperti rumah kaca, seperti yang telah dilakukan para petani di Villa Hutan jati, Parung Panjang. Bukankah itu menjadi salah satu bukti bahwa teknologi pertanian bisa dijadikan sebagai bentuk adaptasi perubahan iklim.
Ketika teknologi pertanian bisa menjadi solusi, upaya inovasi teknologi pertanian harus terus dikembangkan. Karya-karya peneliti dan mahasiswa bisa jadi salah satu bentuk pengembangan. Bahkan pengalaman petani, atau cara turun menurun dari nenek moyang pun bisa di inovasikan untuk menjadi lebih baik.
Masalahnya bukan belum ada teknologi pertanian di Indonesia, tetapi masih sedikit. Kalau pun sudah ada, pemerataan petani untuk mendapatkan info teknologi masih lemah.  Hal yang terpenting setelah adanya inovasi teknologi adalah pemanfaatan dan informasi teknologi pada seluruh kalangan petani, baik itu petani kecil maupun buruh tani.
Sampai saat ini teknologi pertanian yang sudah ada terbatas pada kalangan tertentu. Sehingga penting segala kebijakan pemerintah yang menyangkut pertanian harus “pro petani”. Termasuk hak untuk mendapatkan informasi dan teknologi baru pun mutlak harus didapatkan petani.
Masalah yang tak kalah penting selain inovasi teknologi pertanian, hak petani untuk mendaptakan informasi teknologi pertanian adalah bentuk teknologi pertanian. Bentuk teknologi pertanian tentunya harus yang ramah lingkungan. Jangan sampai teknologi pertanian yang diusung menjadi salah satu upaya adaptasi perubahan iklim menjadi penyebab timbulnya masalah baru.

Apapun yang diupayakan untuk merubah kondisi pertanian saat ini harus mengedepankan sisi ekologi, agar ekosistem lingkungan tetap terjaga. Sehingga keadilan iklim bisa terjadi dan petani pun menjadi sejahtera. Sudah saatnya sektor pertanian tidak menjadi sektor yang termarginalkan. Bukankah jika kondisi pertanian dan pangan kita aman, negara kita pun akan aman.

Merdu Suaramu, Merdu Hatimu....

Minggu, 22 Januari 2012


Langkahnya terdengar tuk tuk tuk, lalu terdengar petikan nada do do do re mi…
Ia pun berdiri di hadapan para penumpang dan bersuara ini lagu untuk anda semua
“Dalam hitam, gelap malam,
ku berdiri, melawan, sepi…
Disini, di pantai ini,
telah terkubur sejuta kenangan
Dihempas keras gelombang,
yang tertimbun batu karang,
yang tak kan mungkin, dapat terulang…
lalu jepreeeeet putuslah senar gitar yang Ia bawa, dengan santai Ia berkata “maaf  para penumpang alat musik saya ada sedikit masalah, tapi saya akan terus bernyanyi..
Wajah putih, pucat pasi,
tergores, luka di hati
Matamu, membuka kisah,
kasih asmara yang telah ternoda
Hapuskan semua khayalan,
lenyapkan satu harapan
Kemana lagi, harus mencari
Kau sandarkan, sejenak beban diri
Kau taburkan, benih kasih, hanyalah emosi…
selesailah lagu Anggun C Sasmi Ia tembangkan, sungguh merdu suaranya, seisi bis pun hening dan seksama mendengarkannya. Begitu dengan aku, rasanya baru kali ini aku tak tertidur di dalam bis. Mungkin ini efek suara yang merdu bukan sembarang merdu, nyanyi asal nyanyi, tetapi inilah mungkin yang dinamakan menyanyi dari hati…Menakjubkan..
Ia pun bersuara kembali, berhubung masih sekitar 20 menit lagi kita sampai bogor saya akan membawakan sebuah lagu untuk anda, ini lagu terakhir dari saya dalam perjalanan jakarta-bogor kali ini..
Aku ingin menjadi mimpi indah dalam tidurmu
Aku ingin menjadi sesuatu yang mungkin bisa kau rindu
Karena langkah merapuh tanpa dirimu
Karena hati telah letih
Aku ingin menjadi sesuatu yang selalu bisa kau sentuh
Aku ingin kau tahu bahwa ku selalu memujamu
Tanpamu sepinya waktu merantai hati Oh……..
Bayangmu seakan-akan …
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu oh…
Kau seperti udara yang kuhela kau selalu ada
Hanya dirimu yang bisa membuatku tenang
Tanpa dirimu aku merasa hilang dan sepi
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
Yang memanggil rinduku padamu Oh …
Kau seperti udara yang kuhela
Kau selalu ada, selalu ada, dan selalu ada
Yang selalu ada dan selalu ada …
Aku hanya bergumam “woww perfect, perfect”, dengan satu senar gitar yang putus, lagu tetap sempurna nadanya. aku yakin dia bukan sembarang pengamen, suara yang ikhlas, merdu, menyejukan, dan mampu menghipnotis para penumpang untuk sama sekali tetap memandangnya, memperhatikan setiap alunan nada yang ia petikan dari gitarnya. Ia pun bersuara kami, akhirnya kita sampai di Bogor , terimakasih atas perhatiannya, saya mohon maaf  jikalau ada kata-kata, atau sikap saya yang kurang berkenan, semoga kita bisa berjumpa lagi dalam alunan nada yang saya tembangkan. Ia pun mengeluarkan kantong kreseknya dan sambil tersenyum lebar mengulurkannya pada penumpang. Fantastik, luar biasa, semua orang dalam bis antusias mengeluarkan rupiahnya, bahkan para penumpang tidak ragu  mengeluarkan rupiahnya dalam bentuk kertas, bukan rupiah yang bunyinya cring, cring, cring jika bersentuhan satu sama lain.
Ia pun duduk dibangku paling belakang, menaruh gitarnya dan tak segan membantu kondektur untuk menurunkan penumpang. Aku pun menegurnya “permisi Pak suaranya bagus, mantap senar putus pun tetap berdendang tanpa ragu, hasilnya sama saja Pak, malah tambah bagus”. Ia pun menjawab “terimakasih dek, saya hanya menyanyi dengan ikhlas dan hati yang senang, bersyukur kalau suara saya dapat dinikmati dan tidak mengganggu”, jawaban yang menurutku merdu, ternyata bukan suaranya saja yang merdu tetapi hatinya.
to be continued..

(Lupa Email dan Password yg dulu, bikin baru sambil ngubek2 no HP Bapak Pengamen Hebat) 

Nestapa = Bahagia

Nestapa serupa dengan kesedihan "membara" isi hati
Itulah yang lazim orang deskripsikan tentang arti nestapa
seolah nestapa bisa mencelakai mereka
seolah nestapa identik dengan muka suram para nestapa-er
konotasinya sangat buruk
menghancurkan, memilukan,
Ketika datang nestapa mereka berlara
Saat nestapa hilang mereka bersorak dan lupa pernah nestapa

Lain bagi jiwa-jiwa yang bersyukur
nestapa dijadikan ajangnya untuk berbahagia
Ketika nestapa datang mereka berpasrah
Ketika nestapa hilang mereka bertahmid
Ketika nestapa menjadi kenangan mereka Tertawa 
Memang terdengar sangat absurd 
Tetapi itulah cara mereka memaknai nestapa